Presiden Palestina - Ribuan demonstran di Jalur Gaza menyerukan supaya Presiden Palestina Mahmud Abbas mengundurkan diri dari jabatannya. Seruan ini dilontarkan sesudah Abbas berupaya mengurangi Hamas, yang menguasai Gaza, dengan penghematan finansial.

"Pergi!" teriak semua demonstran di Gaza seperti dikutip AFP, Senin (25/2/2019).
Kebanyakan demonstran adalahpendukung Hamas dan Mohammed Dahlan, rival Abbas (83) yang didepak dari Partai Fatah yang dipimpin Abbas. Diketahui bahwa Dahlan ketika ini hidup dalam pengasingan.
Dalam aksinya, semua demonstran menyerukan supaya Otoritas Palestina membayarkan gaji secara sarat untuk pegawai sektor publik di distrik Gaza yang dikuasai Hamas. Diketahui bahwa Abbas telah meminimalisir gaji semua pegawai publik di Gaza dalam sejumlah bulan terakhir.
Para demonstran menuntut supaya suplai listrik ke Gaza ditingkatkan, menilik selama ini penduduk setempat melulu mendapatkan suplai listrik dengan interval delapan jam.
Unjuk rasa ini pun menentang blokade Israel sekitar lebih dari satu dasawarsa terakhir atas Jalur Gaza.
Israel sebelumnya mengaku bahwa blokade dibutuhkan untuk menangkal Hamas menemukan persenjataan atau material yang dapat digunakan oleh mereka. Diketahui bahwa Israel dan Hamas sudah terlibat tiga kali perang semenjak tahun 2008.
Tahun 2007, Hamas memungut kendali atas Gaza dalam konflik dengan Fatah. Berbagai upaya rekonsiliasi dilaksanakan untuk mengembalikan dominasi Otoritas Palestina di Gaza, tetapi gagal. Fatah sendiri berbasis di distrik Tepi Barat.
Secara terpisah, selama 2.500 orang berunjuk rasa di Tepi Barat pada Minggu (24/2) masa-masa setempat. Aksi mereka bertujuan untuk menyokong Abbas.
Saat aksi protes ini digelar, Abbas sendiri diketahui sedang sedang di Sharm El Sheikh, Mesir guna menghadiri pertemuan puncak Uni Eropa dan Liga Arab. Selama sedang di Mesir, Abbas bertemu dengan Presiden Abdel Fattah Al-Sisi.
Kepemimpinan Abbas atas Palestina seharusnya selesai tahun 2009 lalu, namun sebab tidak pernah dilangsungkan pemilu maka dia tetap menjabat sampai kini.
No comments:
Post a Comment