PAN Bergejolak - Menjelang Pemilu 2019, Partai Amanat Nasional (PAN) yang dinakhodai Zulkifli Hasan terus bergejolak. Berbagai permasalahan tak henti mendekat PAN, mulai dari semua kader yang membelot menyokong Joko Widodo-Ma'ruf Amin, surat tekanan mundur terhadap Amien Rais, sampai pengunduran diri sebanyak elite partai.

Berikut gejolak yang dihadapi PAN semenjak menyatakan sokongan untuk pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Kader mbalelo menyokong Jokowi-Ma'ruf
Pengurus PAN di sejumlah wilayah terang-terangan mendeklarasikan sokongan untuk Jokowi-Ma'ruf. Salah satu contohnya ialah Ketua DPW PAN Kalimantan Selatan Muhidin dan Ketua DPD PAN sekaligus Bupati Tanah Bumbu Sudian Noor.
Muhidin dipecat dari PAN. Namun Muhidin tak masalah, ia menyatakan mendapatkan tawaran masuk jadi unsur timses Jokowi-Ma'ruf.
"Kalau memang tersebut (pemecatan) ialah tindakan DPP, nggak masalah. Saya tetap, walaupun dipecat, saya tetap di Jokowi," kata Muhidin, Rabu (12/12).
Hal serupa terjadi di Sumatera Selatan. Puluhan kader PAN mendeklarasikan diri menyokong Jokowi-Ma'ruf.
Namun PAN menyangkal peristiwa itu. Sekjen PAN Eddy Soeparno menuliskan para kader yang mbalelo di Sumsel tersebut sudah tidak aktif.
"Ada kader, tapi telah nonaktif dan sekitar ini tidak produktif. Makanya tidak pernah duduk di kepengurusan DPW Sumsel," kata Eddy, Kamis (13/12).
Sejumlah Elite PAN Mundur
Bendahara Umum (Bendum) PAN Nasrullah mengundurkan diri dari jabatannya lewat surat bertanggal 20 Desember 2018. Nasrullah menegaskan pengunduran dirinya tak berhubungan dengan sokongan kepada capres.
Ia menyatakan mengundurkan diri sebab tak lagi merasa sesuai dengan kepemimpinan Zulkifli. Namun, surat pengunduran tersebut ternyata belum di berikan kepada sang ketum.
"Mundurnya saya dari DPP PAN tidak berhubungan dengan capres-cawapres," kata Nasrullah, Selasa (25/12).
Tak melulu Nasrullah, belakangan diketahui terdapat dua elite PAN beda yang pun mengundurkan diri. Adalah Agung Mozin yang mundur dari posisi Ketua Badan Cyber dan Multimedia PAN dan Putra Jaya Husin dari posisi Sekretaris Dewan Kehormatan. Putra Jaya menyatakan sudah mengemukakan permintaan nonaktif semenjak 20 Juli 2018.
Senada dengan Nasrullah, Agung dan Putra Jaya kompak mengatakan dalil pengunduran diri mereka sebab tak sesuai dengan teknik Zulklifli mengurus partai. Agung menyinggung Zulkifli salah mengelola PAN.
"Ada salah urus tata kelola partai. Ketum ya. Kalau sesuai pasti oke-oke aja kan," ungkap Agung, Kamis (27/12).
Pendiri PAN mendesak Amien Rais mundur
Lewat surat tersingkap bertanggal 26 Desember 2018, lima pendiri PAN mendesak Amien Rais guna mundur dari jagat politik dan partai. Para pendiri dan penggagas PAN yang mencatat surat itu ialah Goenawan Mohamad, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Toeti Heraty, dan Zumrotin.
Salah satu dalil desakan itu merupakan manuver-manuver politik Amien dinilai melenceng dari prinsip saat mula PAN didirikan. Di samping itu, Amien sebagai figur bangsa, pun disebut memperkeruh keadaan dalam negeri.
PAN sempat mengasumsikan ada motif beda di balik tekanan mundur itu. Goenawan Mohamad dkk dituding inginkan memecah belah PAN dan disinggung adalahorang pro-Jokowi.
Tudingan tersebut dibantah. Albert Hasibuan, di antara yang menandatangani surat itu, mengatakan malah dirinya bareng empat teman lainnya hendak menyelamatkan PAN.
Sebab, mereka menilai sekitar ini PAN seolah terikat dengan pemikiran Amien, sampai-sampai tak dapat bebas dalam menilai pilihan. Albert pun membantah surat tersebut ada kaitannya dengan opsi politik di Pilpres 2019.
"Bukan kita menyokong Jokowi atau Prabowo ya. Kita di luar itu. Pendiri PAN tidak masuk pada opsi itu. Kita membatasi menyaksikan masalah internal PAN yang dikeluarkan oleh pemikiran Amien Rais," kata Albert, Rabu (26/12).
No comments:
Post a Comment