title
Sejak lima tahun terakhir ini saya melihat ada perubahan cara penulisan kata majemuk di media cetak. Beberapa kata majemuk dalam dunia olahraga (atau olah raga?) dipisahkan, tak lagi disatukan.
Tema ini sebetulnya sudah dibahas sejak 1970-an oleh ahli-ahli bahasa, khususnya Prof Sutan Takdir Alisjabana. STA konsisten menulis kata majemuk sebagai satu kata alias dirangkai. Prof Gorys Keraf punya dua versi. Kata majemuk yang sudah benar-benar bersenyawa harus ditulis serangkai. Contoh: MATAHARI.
Bagaimana dengan kat majemuk di dunia sukan alias sport? STA, Keraf, dan pakar-pakar lama yang sudah almarhum sepakat menjadikan satu kata: dirangkaikan!
Karena itu, kita sangat mengenal OLAHRAGA, SEPAKBOLA, atau BULUTANGKIS. Kita kenal PSSI sebagai kependekan PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA. PBSI: PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA. KONI: KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA. PON: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL.
Kata-kata benda di dunia sport itu ditulis serangkai karena merupakan satu kesatuan. Sama dengan BATUBARA bukan BATUBARA. Dan kalau kita rajin membaca media-media berbahasa Inggris penulis nama cabang olahraga memang selalu dirangkai, tidak terpisah.
Media-media berbahasa Inggris sejak ratusan tahun lalu sampai sekarang menulis FOOTBALL, BASKETBALL, VOLLEYBALL, dan seterusnya. Merujuk ke sini seharusnya kita di Indonesia pun menulis SEPAKBOLA, BULUTANGKIS, BOLAVOLI (atau VOLI saja), BOLABASKET (atau BASKET saja), TENISMEJA, BOLATANGAN, SEPAKTAKRAW, dan seterusnya.
Kata OLAH RAGA baru ditulis terpisah di luar konteks sport seperti kalimat khas para budayawan: OLAH PIKIR, OLAH RASA, OLAH RAGA.
Kalau koran-koran utama di Indonesia tetap memaksakan kata majemuk sport ditulis terpisah, konsekuensinya akronim induk olahraga kita banyak yang berubah. PSSI akan menjadi PSBSI. PBSI (badminton) menjadi PBTSI. KONI menjadi KORNI. KOI menjadi KORI.
Yang selamat justru basketball karena sejak dulu pakai akronim Perbasi: Persatuan Basket Seluruh Indonesia.


Source
No comments:
Post a Comment