title
USAHA PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN
CEDERA DALAM CABANG OLAHRAGA
SEPAKBOLA
Abstrak: Keadaan kecelakaan dalam dunia olahraga, dan berakibat cedera olahraga yang menimpa seseorang
tak jarang memicu kepanikan beberapa atlet, pelatih dan official. Kondisi atlet yang seyogyanya mesti mendapat pertolongan pertama alias
darurat justru bisa bertambah parah. Padahal, bila cukup memiliki pengetahuan
tentang pertolongan pertama pada cedera tersebut biasanya kondisi buruk atlet dapat diatasi. Jadi tindakan
Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari
suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami.
Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang
diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus
diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat
buruk, cacat tubuh bahkan kematian. Pertimbangan pertama dalam pencegahan
cedera olahraga adalah menerima bahwa pada kenyataan kita memang tidak dapat
menghindarkan diri dari terjadinya cedera tersebut. Pada cabang olahraga
sepakbola akan banyak cedera yang akan terjadi , tidak bisa dipungkiri ini akan
menyebabkan timbulnya beberapa macam cedera dalam olahraga. Ketika atlet
mengalami cedera, maka atlet pertama-tama akan merasakan yang sakit yang diderita
tersebut. Dengan adanya frekuensi dan
beraneka jenis cedera yang menimpa atlet sepakbola terdapat suatu dilema yang
sering terjadi, yaitu apakah cedera tersebut harus diatasi dengan mendapat
pertolongan medis. berikut ini akan disampaikan mengenai usaha pencegahan dan
penatalaksanaan cedera dalam cabang olahraga sepakbola.
Kata kunci: Cedera Olahraga, Sepakbola
PENDAHULUAN
Pada saat sekarang ini pemerintah sedang giat-giatnya membangun di segala
bidang. Pembangunan ini salah satunya dapat dilakukan melalui olahraga, karena
melalui olahraga diharapkan generasi penerus mempunyai watak, kepribadian,
keberanian, disiplin, kerja sama dan rasa tanggung jawab di dalam diri setiap
individu. Melalui olahraga juga dapat dijadikan sarana untuk memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa, dan juga dapat menjunjung tinggi nama baik,
harkat dan martabat bangsa baik di tingkat yang terendah sampai yang tertinggi.
Untuk mempermulus jalan tercapainya prestasi yang tinggi, pemerintah saat
sekarang ini sangat berperan aktif dalam meningkatkan prestasi dalam berbagai
cabang olahraga dengan cara melakukan pembinaan dari pusat sampai ke daerah.
Hal ini seperti apa yang dijelaskan dalam UU RI NO 3 Tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan Nasional BAB VII Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi: “Pemerintah pusat
dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya “.
Perkembangan olahraga modern menuntut kemampuan
dan keprofesionalan dari seorang olahragawan atau pun atlet. Dengan kemampuan
yang tinggi mereka akan dapat mengharumkan nama bangsa, baik dikancah
Internasional maupun dalam negeri sendiri. untuk mewujudkan seorang olahragawan
ataupun atlet menjadi seorang professional dalam bidang olahraga maka
dibutuhkan kekuatan dan daya tahan tubuh yang bagus. Untuk mendapatkan daya
tahan tubuh yang baik diperlukan latihan yang kontiniu, sehingga dapat
meningkatkan kesegaran jasmani dari seorang olahragawan.
Soekarno dalam (Kosbian, 2004:1) “ di dalam aspek
fisik terdapat ruang lingkup kondisi fisik merupakan dasar dalam penunjang
prestasi”. Komponen dasar didalam kondisi fisik meliputi kekuatan (strength), kecepatan (speed), daya tahan (endurance), kelenturan dan koordinasi (flexibility)”. Dari komponen dasar tersebut, daya tahan (endurance) sangat penting dimiliki
setiap olahraga walaupun adanya perbedaan kebutuhan atau tuntutan setiap cabang
olahraga tersebut. Daya tahan merupakan kemampuan organisme tubuh untuk
melakukan pembebanan selama mungkin baik secara statis maupun dinamis tanpa
menurunnya kualitas kerja (Yunus, 2000:115).
Daya tahan umum memberikan sumbangan yang sangat
berarti dalam menciptakan prestasi olahraga yang mengutamakan daya tahan
seperti Lari jarak jauh, Bersepeda, Berenang, Dayung, Sepakbola, Basket,
Beladiri dan olahraga yang menggunakan waktu kerja yang lama. Menurut Cooper
dalam Umar (2007:90) mengemukakan bahwa kunci latihan daya tahan umum ialah:
Konsumsi oksigen (O2). Tubuh membutuhkan oksigen untuk memproduksi energi yang
diperlukan oleh organ-organ atau jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Semakin tinggi kemampuan dari masing-masing organ
tersebut, maka semakin tinggi pulalah tingkat kesegaran jasmaninya, sehingga
tingkat daya tahan seseorang semakin tinggi juga. Pada cabang olahraga yang
menuntut daya tahan yang tinggi seperti: Lari jarak jauh, Bersepeda, Berenang,
Dayung, Sepakbola, Basket, Beladiri dan Olahraga daya tahan lainnya maka
pemasukan oksigen oleh paru secara maksimal memegang peranan di dalam mencapai
prestasi yang diharapkan. Sebab bila kemampuan tubuh rendah dalam mengkonsumsi
oksigen secara maksimal sulit untuk mendapatkan prestasi dan sulit untuk
mendapatkan tubuh yang kuat dan tahan beraktivitas dalam waktu yang lama.
Dalam pencapaian prestasi banyak kendala yang dihadapi
antara laini, motivasi atlet, kurangnya kondisi fisik, lemahnya strtaegi, belum
maksimalnya teknik, kurangnya sarana prasarana, kurangnya pendanaan, rendahnya
kompetisi dan banyaknya terjadi cedera olahraga pada atlet. Dari penjelasan di
atas terlihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi presatasi adalah
cedeara olaraga. Dalam permainan sepakbola kendala
terbesar adalah cedera yang didapat atlet pada saat melakukan kegiatan baik
pada saat latihan maupun pada saat bertanding. Cedera ini bisa didapat pada
saat belatih ataupun pada saat bertanding. Pada atlet sepakbola
cedera yang paling sering terjadi adalah cedera dibagian kaki
dan bagian lutut. Dari penjelasan tersebut, maka penulis mencoba
menjelaskan
dalam artikel ini tentang “Usaha Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Cedera Dalam Cabang Olahraga Sepakbola”
PEMBAHASAN
Sport Injuries (Cedera Olahraga)
Sport injuries atau cedera olahraga adalah segala macam/bentuk cedera yang timbul, baik pada
waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (bertanding) ataupun sesudah
bertanding. Yang bisa terkena ialah tulang, otot, tendon serta ligamentum.
Dengan demikian pengetahuan tentang cedera olahraga berguna untuk
mempelajari cara terjadinya cedera olahraga, mengobati/menolong/ menanggulangi
(kuratif) serta tindakan preventif (pencegahan) sangat penting dilakukan. Didalam ilmu kesehatan
diutamakan tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan kuratif
(pengobatan) karena :
1.
Mencegah memerlukan biaya yang lebih
ringan dari pada mengobati
2.
Jika tindakan pengobatan tidak
sempurna akan dapat menimbulkan cacat / invalid
3.
Selama sakit, mengurangi daya
produktivitas.
Dengan mengetahui ilmu
cedera olahraga, pelatih atau guru olahraga selain dapat menangani para anak
didiknya yang cedera, juga dapat mencegah kemungkinan timbulnya cedera. Dari
data-data dapat dibuat kesimpulan mengenai kemungkinan-kemungkinan cedera yang
terjadi yaitu :
Berdasarkan macam cederanya, maka cedera olahraga
dapat dibagi atas sebab-sebab cedera :
1. Ekternal violence
(sebab-sebab yang berasal dari luar) adalah cedera yang timbul /terjadi
karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar, misalnya:
a.
Kerena body contact sports : sepak bola, tinju, karate
dan lain-lain
b. Karena alat-alat olahraga
: stick hockey, bola raket, dan lain-lain
c.
Karena keadaan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya cedera,
misalnya : keadaan lapangan yang tidak memenuhi persyaratan, balap mobil,
motor, lapangan bola yang berlubang-lubang dan sebagainya.
2.
Internal violence (sebab-sebab yang
berasal dari dalam)
cedera ini terjadi karena koordinasi otot-otot dan sendi yang kurang
sempurna sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah, sehingga menimbulkan
cedera. Ukuran tungkai/kaki yang tidak sama panjang ; kekuatan otot-otot yang
bersifat anta gonistis tidak seimbang dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi juga
karena kekurangan pemanasan, kurang konsentrasi ataupun si atlit dalam keadaan
fisik dan mental yang lemah. Macamnya cedara dapat berupa robeknya otot, tendo atau ligamentum.
3. Over-use (pemakaian terus
menerus/terlalu lelah)
cedera ini
timbul karena pemakaian otot yang berlebihan atau terlalu lelah. Cedera karena
over-use menempati1/3 dari cedera olahraga yang terjadi. Biasanya cedara akibat
over-use terjadi secara perlahan-lahan(bersifat kronis). Gejala-gejalanya dapat
ringan yaitu kekakuan otot, strain, sprain, dan yang paling berat adalah
terjadinya stress fraktur.
Bentuk Pengobatan Cedera Olahraga
Pengobatan cedera olahraga dibagi empat tahap :
1. Segera setelah terjadi cedera
(0-24 jam s/d 36 jam)
Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu :
1) Rest
Dalam hal ini
bagian yang cedera tidak boleh dipakai/digerakan, rest ini bertujuan sama
dengan fungsiolesi, supaya pendarahan lekas berhenti dan mengurangi
pembengkakan.
2) Ice
Tujuanya ialah
untuk menghentikan pendarahan (menyempit, vasokontraksi sehingga memperlambat
aliran darah) dengan demikian ice mempunyai tujuan :Mengurangi pendarahan,
menghentikan pendarahan, Mengurangi pembengkakan, dan Mengurangi rasa sakit
Cara-cara kompres
dingin :Cedera langsung direndam pada air es, Dengan es yang dimasukan
dalam plastik kantong pembalut atau
handuk dingin, Ice pack yaitu dengan memasukan
batu es ke dalam kantong karet, Dengan evaporating
lotion/substance, yaitu zat-zat kimia yang menguap, mengambil panas
misalnya : Chlorethyl spray, Alcohol 70 %, dan Spiritus, dll. Dalam pemberian kompres
dingin ini, ada intervalnya yaitu 20-30 menit. Tujuannya agar jaringan-jaringan
pada tubuh kita tidak menjadi rusak/mati. Selain dengan kompres dingin, nyeri
dapat berkurang atau hilang sama sekali, dengan pemberian obat-obatan misalnya
:
a.
Obat-obatan yang tergolong anti
inflamasi Misalnya : papase, anti reumatik kortikosteriod, dan anti inflamasi
lainya.
b.
Obat-obatan yang tergolong analgetik,
yaitu menghilangkan rasa nyeri (mengandung anti inflamsi sedikit)
misalnya: antalgin, neuralgin, panadol, aspirin, asetosal, dll.
3) Compression
Tujuannya
adalah : Untuk mengurangi pembengkakkan sebagai akibat pendarahan yang
dihentikan oleh ikatan tadi, Untuk mengurangi pergerakan. Balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan
elastis. Bahan perbanya disebut elastis perban/ elastis bandage
/ tensiokrep atau benda-benda sejenis. Bahaya balut
tekan adalah jika ikatan itu terlalu kencang, maka pembuluh dara arteri tidak
bisa mengalirkan darah ke bagian distal ikatan. Hal ini akan menyebabkan
kematian dari jaringan-jaringan di sebelah distal ikatan. Kita tahu bahwa ika tan
terlalu kencang bila : Denyut nadi bagian distal terhenti /
tak terasa, Cedera
semakin membengkak, Si penderita mengeluh kesakitan, dan warna kulit pucat kebiru-biruan.
4)
Elevation
Mengangkat bagian cedera lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya
adalah supaya pendarahan berhenti dan pembengkakan segera berkurang. Karena
aliran darah arteri menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga
pendarahan mudah berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga
pembengkakan berkurang. Dengan demikian hasil-hasil jaringanyang rusak akan
lancar dibuang oleh aliran darah balik dan pembuluh limfe.
2. Setelah cedera 24 sampai
dengan 36 jam
Setelah
dijelaskan tentang metode RICE pada tahap pertama, sekarang kita sampai pada
pengobatan ke dua yaitu pemberian kompres hangat atau heat treatment. Tujuan heat treatment adalah mencerai beraikan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk
disekitar tempat yang cedera), hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik
dan limfe. Selain itu memperlancar proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa
sakit Karen kejangnya otot (kekakuan otot).
3. Jika bagian yang cedera
dapat digunakan dan hampir normal
Tindakannya
adalah membiaakan jaringan yang cedera tanpa mempergunakan alat bantu, misalnya
tanpa decker ataupun balut tekan.pada tahap ini masase masih dapat dilakukan
unutuk membantu proses penyembuhan.
4. Jika bagian yang cedera
sudah sembuh dan latihan dapat dimulai.
Bagian yang
cedera kita persiapkan agar supaya kuat terhadap tekanan-tekanan dan
tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahrga si penderita tersebut. Memang
kadang-kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut tekan untuk
beberapa waktu lamanya. Laithan berat yang terprogram sudah dapat diterapkan.
Cedera
pada cabang olahraga sepakbola dan
pertolongan pertama.
Permainan sepakbola adalah permainan beregu yang sangat
populer di seluruh dunia. Sepakbola telah banyak mengalami perubahan dan
perkembangan dari bentuk sederhana dan primitif sampai menjadi permainan
sepakbola modern yang sangat digemari dan disenangi banyak orang, baik
anak-anak, orang dewasa, orang tua baik pria maupun wanita.
Tim Pengajar Sepakbola FIK UNP (2005:
25-27) mengemukakan bahwa : Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga
beregu yang masing – masing terdiri dari 11 orang pemain dan salah satu di
antaranya menjadi penjaga gawang. Dimainkan di atas lapangan rumput berbentuk
persegi panjang dengan ukuran panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter yang dibatasi
garis selebar 12 centimeter serta dilengkapi 2 buah gawang yang tingginya 2,44
meter dan lebar 7,32 meter. Kemudian Djezed (1992:5) mengemukakan bahwa:“Sepakbola
merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu
terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut kesebelasan.
Masing-masing kesebelasan berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang
lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukkan “.
Sepakbola merupakan
permainan yang memerlukan persyaratan-persyaratan fisik dan mental yang harus
dimiliki yaitu ketangkasan (agility), kecepatan (speed), stamina fisik dan
mental, stoke, taktik dan strategi permainan, dan pengalaman bertanding. Oleh
karena cedera yang biasanya terjadi bisa berupa:
a. Cedera pada kaki
Sepakbola sangat merlukan kecepatan, ketangkasan dan
latihan-latihan stamina yang berat untuk dapat menutup (meng-cover) lapangan
permainan dan mengambil posisi yang tepat dalam waktu yang cepat, maka
kemungkinan-kemunkinan cedera pada kaki merupakan salah satu jenis ganguan yang
paling sering dialami para pemain. Ganguan-ganguan pada kaki ini dapat beraneka ragam,
akan tetapi yang paling lazim terjadi ialah berupa :
1. Luka Lecet (ekskoriasi)
2. Nyeri pada tumit dan
jari-jari kaki, nyeri kaki (tennis-heel), dapat terjadi pada pemain-pemain yang
berlatih memakai sepatu dengan sol/alas yang tipis di atas lapangan keras
(aspal, semen,dsb).keadaan ini ditandai oleh rasa nyeri pada bagian tengah
tumit.secara anatomis, bagian-bagian yang mengalami kerusakan dalam hal ini
adalah insersio posterior dari aponeurosis dan otot-otot yang melekat pada
tuber kalkaneus. Pengobatannya ialah dengan memberikan kortikosteroid peros
atau injeksidan pemberian salep antiinflamasi secara local.
3. Pendarahan (hematoma) pada
jari dibawah kuku, disebut Runner’s toe (tennis toe)
4. Strain, pendarahan, atau
kadang-kadang robekan pada ligamentum didaerah sendi pergelangan kaki (sprain).
Praktis semua bentuk cedera tersebut dapat dihindari, apabila para pemain
maupun pelatih mau memperhatikan hal-hal berikut yang nampaknya sepele,akan
tetapi sebenarnya sering merupakan penyebab utama kegagalan yang fatal terhadap
prestasi seorang pemain asuhan.
1. Faktor sepatu yang dipakai
pemain
Dalam hal ini
ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan dengan seksama. Bentuk dan ukuran
sepatu yang tidak sesuai dengan benutk ukuran kaki pemain. Sepatu yang terlalu
sempit, atau terlalu longgar atau sepatu yang masih baru atau pun sambungan
kain pada sepatu baru yang kurang sempurna, semuanya dapat menimbulkan ganguan
pada kaki (lecet, ganguan pergerakan dan kelincahan).
Beberpa
tindakan yang perlu diperhatikan dalam memilh sepatu bagi para pemain :
a.
pilihlah sepatu dengan merek dan ukuran yang memang
lazim digunakan oleh masing-masing pemain secara individual berdasarkan
pengalaman, yang ternyata sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki masin-masing
pemain.
b. Pilihlah sepatu yang
mempunyai dasar/alas/sol yang baik dan terbuat dari bahan karet yang mantap.
2. Kualitas kaus kaki
Dalam hal ini
ada masalah yang perlu diperhatikan . bahan, bentuk anyaman dan permukaan dalam
kaus kaki. Sebaiknya kaus kaki yang dipakai (terutama di derah tropis seperti
Indonesia) ialah yang rebuat dari katun yang dapat menyerap keringat, hindari
kauskaki yang terbuat dai bahan nilon atau bahan-bahan sintesis lainnya.
3. Perawatan kuku
Masalah
perawatan kuku kaki seringkali diabaikan oleh para pemain dan pelatih, oleh
karena itu tidak jarang karena kecerobohan ini dapat berakibat fatal. Kuku yang
terlalu panjang dapat menimbulkan nyeri dalam suatu latihan atau pertandingan
yang memakan waktu yang cukup lama. Karena itu kuku-kuku pemain harus dipotong
secra teratur. Sebaliknya kuku yang dipotong jangan terlalu pendek/yang
dipotong dengan tehnik yanh salah dapat menimbulkan infeksi(panarisum) dan
abses. Karena itu salh satu tugas pelatih dan (pembina) ialah satu atau dua
hari sebelum bertanding, memeriksa kondisi kuku-kuku kaki para pemainya.
b.
Cedera (nyeri) di daerah lutut
Dalam suatu
permainan yang memerlukan pergerakan yang cepat dan lincah dan yang memerlukan
sendi lutut dalam keadaan bengkok (fleksi) waktu membuat stroke, secara
anatomis dapat doramalkan kemingkinan cedera pada daerah lutut dalam pergerakan-pergerakan
semacam itu. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa nyeri (cedera) pada daerah
lutut dapat antara lain disebabkan oleh posisi dan keseimbangan tubuh yang
kurang sempurna waktu mulai start atau pada saat berhenti ataupun waktu
berlari. Oleh karena itu, misalnya dalam permainan Sepakbola, kekokohan sendi
lutut dan mobilitasnya perlu sekali dilatih dan ditingkatkan dengan
latihan-latihan khusus dan teratur (periodic). Nyeri pada lutut dapat disebabkan
oleh tendonitis yang acapkali disertai bursitis dan pembengkakan sendi
setempat. Pada umumnya gangguan-ganguan ini dapat diatasi dengan
istirahat, megubah cara latihan fisik (permainan). Pada kasus yang lebih berat dan
persistem diperlukan seorang ahli (dokter).
c.
Kram pada otot (muscle cramp)
Kram adalah
kontraksi yang terus menerus dari otot atau sekelompok dan tersa amat nyeri.
Biasanya yang terkana adalah otot-otot pada bagian paha (kuadriseps), otot paha
bagian belakang (hamstring), dan otot-otot betis (gastroknemius), tetapi secara
teoritis semua otot dapat mengalami kejang. Muscle cramp adalah cedera
yang paling sering dialami oleh olahragawan yang sebabnya belum jelas. Ada
beberpa teori yang mencoba untuk menjelaskan krm ini, antara lain :
1.
kerena kesalahan dalam sistematika
dan metode latihan. Latihan diberikan pada otot-otot yang sebetulnya tidak
diperlukan, malahan otot yang diperlukan untuk melakukan olahraga itu tidak
dilatih, hingga pada waktu bertanding/melakukan olahraga, otot-otot belum
terbiasa, sehingga menimbulkan terjadinya kram.
2. terjadinya perubahan
temperature yang mendadak. Kita tahu bahwa tubuh kita termasuk otot, tidak
menghendaki perubahan suhu secra mendadak. Jika terjadi perubahan suhu secra
mendadak, otot dapat terangsang sehingga timbul kejang.
3. tubuh kita kekurangan
garam.
4. badan terlalu lelah, pada
waktu olahraga terjadilah proses pembakaran yang disebut metabolisme, hasil
dari metabolisme ini disebut metabolit,misalnya asam laktat. Pada waktu
olahraga berat maka hasil metabolime ini banyak terbentuk, hingga daya
pembuangan hasil metabolime relative kurang, maka ada penimbunan sisa-sisa
metabolit, inilah yang merangsang otot/saraf hingga terjadi kram
5. kurangnya warming-up
(pemanasan) serta cooling down (penenangan)
6. adanya gangguan sirkulasi
darah yang menuju ke otot, sehingga menimbulkan kejang.
7. teori terbaru ialah adanya
tumpang tindih / kekusutan antara moisin filament dengan akitin filament,
hingga menimbulkan kram.
Adapun
pertolongan yang disarankan adalah:
1. kita istirahatkan saja
sambil disemprot dengan chlor ethyl spray,
2. pada waktu otot kejang,
kita tahan kontaksi otot tersebut sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu
berkontrakasi sama artinya kita menarik otot tersebut, supaya myosin filament
dan aktin filament dapat menduduki posisi yang semestinya, hingga kram berhenti.
Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor ethyl spray, hingga hilang rasa
nyeri.
Pencegahan Cedera
Didalam ilmu
kesehatan, kita mengenal bahwa mencegah (preventif) lebih baik dari mengobati
(kuratif), karena tindakan preventif, biayanya murah serta menghindarkan
terjadinya invalid (cacat seumur hidup).
Hal-hal yang
diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera adalah :
- berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
karena kalu kita tidak berlatih, maka akan lekas lelah, dimana
koordinasi otot dan sendi tidak sempurna. Sehingga membuat gerakan menjadi
salah dan dapat menimbulkan cedera.
Latihan
(training) dapat dibagi :
a.
Latihan ketahanan (endurance training)
Bertujuan
untuk mengembangkan efisiensi jantung dan paru-paru serta otot, sehingga suplai
darah ke otot dan penggunaan oksigen lebih baik dan lancar. Hal ini menaikkan
fungsi otot serta mengurangi kelelahan otot. Latihan dapat berupa :
latihan berirama, lari dan loncat tali, permainan kecil, sirkuit training, dan
sebagainya. Latihan-latihan ini juga harus meliputi gerakan-gerakan yang khusus
dipergunakan oleh cabang olahraga tertentu, misalnya start, lari ditempat, dan
sebagainya.
b. Latihan kekuatan
(strength/power training)
Latiahn ini
perlu menyiapkan pemain pada usah eksplosif umpamanya : cepat menuju tempat
yang dituju pengejar bola, melempar cakram / lembing dan sebagainya. Power training dapat
meliputi latihan-latihan penguatan atau beberapa kali mengangkat beban berat.
Semua anggota badan harus dilatih, baik anggota badan atas maupun bawah. Kita
harus mengusahakan kekutan otot yang antagonis (berlawanan) supaya seimbang.
c.
Latihan keterampilan (skill training)
Keterampilan
merupakan faktor penting dalam mengurangi terjadinya cedera, dan pemain harus
berlatih macam-macam segi olahraga tersebut, baik dari teknik yang paling dasar
sampai teknik yang lebih tinggi.
- Si atlit harus
berlatih (bertanding) dalam kondisi sehat jasmani dan rohani. Hal ini
penting sekali untuk menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik
serta konsentrasi yang penuh, bila seorang atlit berlatih (bertanding)
dalam keadaan tidak sehat jasmani dan rohani, maka kecepatan reaksi
berkurang sehingga mudah cedar, dan koordinasi gerakantak sempurna. - Mematuhi peraturan
permainan dan pertandingan (fair play)
Setiap cabang
olahraga sudah barang tentu mempunyai peraturan permaian dan pertandingan yang
dipimpin oleh wasit. Hal ini selain bertujuan supaya permaian berjalan dengan
mulus, lancar dan adil, tetapi juga untuk mengurangi terjadinya cedar. Terutama
pada body contact spors, disini wasit peranan penting dalam mengurangi cedera.
Misanya pertandingan tinju, dilarang memukul pada bagian belakang kepala,
bagian bawah pusat, hal ini untuk menghindari cedera yang fatal.
- tidak mempunyai
kelainan anatomis dan antropometri
atlit yang mempunyai
kelainan fisik setelah diperiksa dokter, misalnya :
1. kelainan antropometri yang
berhubungan dengan susunan muscular skleton, contoh : panjang tungkai kanan dan
kiri yang berbeda lebih dari 1 cm
2. kelainan anatomis,
misalnya kaki X, kaki O dan telapak kaki yang datar atau adanya hernia
inguinalis.
- memakai alat
pelindung
yaitu memakai
alat pelindung yang sesuai dengan cabang olahraga. Contah: seorang pemain soft
ball memakai masker khusus untuk soft ball, jangan memakai masker anggar.
- melakukan pemanasan
dan pendinginan
yaitu
mempersiapkan kardio respirasi, otot, sendi, ligament, untuk menghadapi beban
yang hebat, dengan perkataan lain organ-organ yang ikut serta dalam melakukan
olahraga, telah disiapkan supaya tidak kagetmenghadapi beban yang berat, serta
akan lebih efisien dalam penggunaan oksigen.
Pemanasan
Warming-Up
Pemanasan
dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Streatchig otot, sendi dan
ligament, selanjutnya dikuti gerakan-gerakan senam kecil serta jogging.
2. Tahap kedua, gerakan
disesuaikan dengan cabang olahraga masing-masing.
Kriteria
Warming-Up (pemanasan) dikatakan cukup bila :
1. Sudah keluar keringat yang
pertama
2. Denyut nadi 120 kali
permenit
3. Suhu badan naik
pemanasan harus segera dikiuti pertandingan, tidak boleh menunggu
terlalu lama. Pendinginan (cooling down) sangat
penting untuk mengurani cedera karena pada waktu olahraga curah jantung
bertambah. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan ke seluruh tubuh
dari jantung per menit. Pendinginan
berpua gerakan-gerakan seperti pemanasan, tetapi intensitasnya lebih renda.
Pendinginan digunakan supaya organ tubuh yang tadinya mendapat suplai darah
yang berlebihan, tidak mendadak mengalami kekurangan darah terutama otak. Kalau
hal ini terjadi maka dalam keadaan ekstrim, orang bisa menjadi lemas, pusing
bahkan pingsan. Oleh karena itu, pada waktu pendinginan, kita tidak boleh
mendadak berhenti bergerak, tetapi harus melakukan gerakan-gerakan seperti
senam kecil, supaya curah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Cedera
olahraga pada atlet Sepakbola biasanya terjadi :
1) Cedera pada
kaki, cedera ini sering terjadi karena faktor benturan dan kesalahan kaki
tumpuan bagi pemain
2) Cedera dan nyeri
pada lutut ini disebabkan karena faktor keseimbangan dan bobot/berat tubuh yang
tidak proporsional
3) Kram ini
disebabkan karena todak lancarnya metabolisme dalam tubuh, kusutnya filamen
aktin dan miosin, waktu makan yang terlalu dekat, dan faktor psikologi.
Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan
saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam cedera
olahraga sepakbola:
1) sebaiknya seorang pelatih
atau guru sebelum melakukan latihan atau pertandingan anak atau atlit baiknya
diberi pemanasan agar terhindar dari cedera.
2) Menggunakan
sarana dan prasarana yang memenuhi standar (seperti bola, baju, sepatu dan
lapangan tempat bermain)
3) Tidak memaksakan
diri berlatih ataupun bertanding pada saat tubuh tidak fit
4) Tidak berlatih
maupun bertanding pada cuaca yang tidak bagus.
DAFTAR RUJUKAN
American Red Cross.
(1981). Sandard First Aid & Personal
Safety. United States Of America.
Diktat. (1981). Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan Untuk Siswa Perawat Kesehatan. Padang
Djezed,
Zulfar dkk, (1985). Buku Pembelajaran Sepakbola. FPOK IKIP Padang.
Handayani dan Warnita.(1999). Basic Safety
Training Perolongan Pertama. Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran.
Jakarta.
Kosbian,
Heru.(2004). Tinjauan tentang Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (VO2max)
(Skripsi). Padang. FIK UNP.
Markas Besar PMI. (1991). Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Jakarta: Markas Besar PMI.
Nawawi, Umar. (1994). Anatomi I, Osteology, Artrology, Miology: FPOK, IKIP
Padang.
Palang Merah Indonesia. (2003). Pedoman Pertolongan Pertama. Jakarta:
Markas Besar PMI.
Rahardjo, Budi. (1992). Pencegahan Cedera dan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaani. Jakarta: Depdikbud Dikti.
Syafruddin. ( 2011 ). Ilmu kepelatihan olahraga. Padang :FPOK
IKIP.


Sumosardjono, Sadoso.(1988). Pengaturan makan dan Minum Pelari Marathon dan Cedera dan Sakit Pada Olahraga
Lari.
Jakarta.
Taylor, Paul M, dkk. (1997) Mencegah
dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim
Mata Kuliah Sepak Bola (2010). Buku Ajar Sepak
Bola. Suka Bina : Padang
Umar. 2007. Fisiologi Olahraga. Padang: FIK UNP
Undang-Undang
Republik Indonesia. No. 3 Th 2005. Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional
Wibowo, Hardianto. (2001). Cedera
Olahraga. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:EGC
Yunus,
M. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli,
Jakarta: P2Tk, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Zulhilmi, (2010), Segi-Segi Praktis
Dalam P3K dan cedera Olahraga. Malang: Wineka Media.

Source
No comments:
Post a Comment