![]() |
Jokowi |
"Siapa kira-kira Cawapres
Jokowi ?"
Begitu pertanyaan Alifurahman,
owner
, kepada saya. Dia mengajak saya utak atik gatuk dengan menghitung
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Wah ini berarti tantangan
bagaimana melihat ke depan, mencoba melihat kemungkinan dan ketidakmungkinan,
menggabungkan beberapa fakta dan rekam jejak, juga melihat peluang-peluang yang
ada.
Oke, kalau begitu. Kita coba
lihat ya.. Kita singkirkan dulu hal yang tidak mungkin.
Yang tidak mungkin adalah non
muslim, karena pemilih terbesar adalah muslim. Ini berlaku sejak lama, sejak
Indonesia merdeka. Dan bukan masalah suku, agama dan ras, tetapi karena hampir
90 persen pemilih di Indonesia beragama muslim.
Samalah dengan dimana ketika
negara dengan mayoritas agama Kristen, mereka akan memilih yang beragama
Kristen. Begitu juga dengan negara yang mayoritas beragama Budha, mereka juga
akan memilih yang beragama Budha. Ini keniscayaan..
Dengan melihat fakta itu kita
akhirnya bisa singkirkan nama Ahok atau Basuki Cahaya Purnama dan Luhut Binsar
Panjaitan dari daftar. Meskipun potensi dan kemampuan mereka sangat besar, tapi
kita tidak ada di negara seperti Lebanon, dimana penganut agama Kristen
Maronit, Islam Sunni dan Islam Syiah sama besarnya, sehingga jabatan pemerintah
dibagi-bagi di ketiga aliran itu..
Lagian, ketika Jokowi memilih
pendamping yang bukan beragama Islam, maka dia sama saja membuka celah untuk
diserang oleh kelompok fanatik yang ditunggangi oleh politisi.
Peristiwa Pilgub DKI tahun 2017,
adalah pelajaran yang sangat berharga bagaimana perbedaan agama dijadikan celah
untuk menjatuhkan seorang pemimpin dengan manajerial yang bagus dan membuka
potensi kerusuhan yang lebih luas.
Ini fakta yang ada. Entah berapa
puluh tahun lagi negara ini bisa menerima perbedaan itu dan bisa memisahkan
agama dan politik.
Amerika Serikat yang disebut
mbahnya Demokrasi saja belum bisa menerima hal itu. Bahkan Barrack Obama,
mantan Presiden AS, pernah diserang isu agama oleh Kristen konservatif bahwa
dia itu muslim sehingga Obama perlu mengklarifikasi bahwa ia Kristen Protestan.
Ketidakmungkinan kedua adalah
wanita.
Sama seperti agama, sebagian dari
bangsa ini belum bisa menerima pemimpin sekelas Wakil Presiden berdasarkan
gendernya.
Jika Jokowi memilih wakil
Presiden dari kalangan perempuan, maka itu juga akan membuka celah dia untuk
diserang dan merontokkan suara pemilihnya. Akan keluar ayat-ayat tidak bolehnya
umat Islam - sebagai agama terbesar di Indonesia - memilih pemimpin wanita.
Dan ketidakdewasaan juga keawaman
pemilih muslim di Indonesia akan mempercayai itu, karena masih banyaknya
ustad-ustad politis yang akan memainkan isu itu sebagai isu krusial. Model
Jokowi adalah dia tidak mau keributan - bahkan dalam Pemilihan Presiden
sekalipun - sehingga dia akan condong menghindari masalah itu.
Dengan melihat fakta itu, kita
bisa menyingkirkan Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti - meski mereka sangat
berpotensi, apalagi Puan Maharani meski dia dari partai pendukung terbesar
Jokowi. Selain dia wanita, Puan juga banyak tidak disukai pemilih karena ia
tidak muncul sekelas Sri Mulyani dan Susi.
Memaksakan pendamping Jokowi dari
kalangan wanita, berarti menggerus suaranya dalam pemilihan nanti.
Yang ketiga, meskipun bukan
sesuatu yang penting, yang tidak mungkin lagi adalah berisik.
Jokowi tidak suka orang berisik
dan terlalu menonjolkan diri. Dia pekerja dan suka dengan pekerja juga, yang
diam tapi menghasilkan. Kalau melihat gaya kerja Jokowi bersama
menteri-menterinya, terlihat ia lebih suka bersama menteri yang pendiam dan
lebih banyak berkarya daripada sering tampil di media dan media sosial.
Sebagai contoh Menteri PUPR,
Basuki Hadimuljono. Basuki adalah menteri kesayangan Jokowi. Ia pendiam,
seorang seniman sekaligus pekerja keras. Tidak pernah terlihat Basuki
bertentangan dengan Jokowi. Ia menjalankan agenda-agenda yang sudah disepakati
sesuai target yaitu pembangunan infrastruktur berupa jalan dan bendungan.
Hanya saja Basuki tidak akan
menjadi pendamping Jokowi, karena ia bukan sosok yang dicintai partai yang
ingin ada unsur politis-politisnya. Basuki terlalu murni dan tidak akan
mengangkat nama Jokowi ke permukaan. Dan ini sebuah kerugian bagi partai
pendukung Jokowi..
Dengan melihat fakta Jokowi tidak
suka orang yang berisik, kita bisa singkirkan Cak Imin yang wajahnya ada
dimana-mana dan Mahfud MD yang sibuk dengan twitnya. Mereka tidak akan
memperkuat posisi Jokowi tapi justru akan memperlemah karakternya.
Dengan menyingkirkan
ketidakmungkinan ini, kita sekarang bisa melihat kriteria siapa yang mungkin
bisa jadi calon Jokowi.
Jokowi kedepan akan fokus pada
ekonomi.
Infrastruktur yang dia bangun
harus dikuatkan dengan pembangunan ekonomi mikro. Dan orang yang mendampingi
Jokowi harus berbasis pengusaha besar, mengerti dan menguasai jaringan ekonomi
kerakyatan. Dia juga harus dari melayu untuk menangkis isu aseng dan pribumi,
sehingga menutup celah serangan kepada Jokowi.
Jokowi tidak akan memilih calon
wakil yang berbasis militer, karena dia tidak concern di masalah keamanan sebab
ini narasi yang dibangun oleh lawan politiknya. Jadi sulit melihat bahwa
Moeldoko, Tito Karnavian maupun Agus Yudhoyono sebagai pendampingnya.
Dan satu hal yang tidak juga
penting tapi menambah daya jual Jokowi adalah, dia harus non Jawa. Dulu terpilihnya
Jusuf Kalla sebagai calon karena dia bisa menarik suara dari Sulawesi. Dengan
tidak adanya Jusuf Kalla, ada kemungkinan warga Sulawesi akan ditarik untuk
mengalihkan dukungan. Suku juga punya peranan penting dalam menarik dukungan
tambahan di Pemilihan Presiden nanti..
Lalu darimana kalau bukan
Sulawesi ?
Kemungkinan besar adalah
Sumatera. Karena Sumatera adalah basis oposisi, jadi simpatinya harus direbut
dengan mengangkat wakil dari mereka.
Berdasarkan data, secara total
jumlah suara di pulau Sumatera, Jokowi kalah lebih dari 200 suara waktu melawan
Prabowo di 2014. Ini karena adanya Hatta Radjasa, orang Palembang, sebagai
wakil yang diambil Prabowo sedangkan Jokowi memilih wakil dari Sulawesi.
Dari data yang didapat, jumlah
penduduk Sumatera sebesar 50 juta, jauh lebuh besar dari Sulawesi yang sebanyak
17 juta. Ini penting untuk merebut suara di kantung-kantung yang selama ini
menjadi basis pendukung Prabowo.
"Kalau dia pengusaha besar,
lelaki, muslim, tidak berisik, pekerja, melayu.. kira siapa2 ?" Kata
Alifurahman sambil memutar-mutar tasbehnya mirip seperti pendeta di Kungfu
Shaolin. Dia tidak ngopi karena buatnya "Ngopi mengurangi kegantengan
saya".
Berbeda dengan saya yang ngopi karena
akan menambah kegantengan sampai maksimal. Saya lalu menyeruput kopi sebentar
dengan gaya yang dibuat mirip Chow Yun Fat dalam film God of Gambler.
"Chairul Tanjung.."
Jawab saya.
Alifurahman melongo dan tidak
mengira itu jawaban saya. Ia menatap dinding dimana semut merah berbaris dan
menatapnya curiga.
Sementara ini Chairul Tanjung
atau CT adalah pilihan yang tepat bagi Jokowi.
Chairul Tanjung adalah pengusaha
pribumi yang menonjol. Ia juga pekerja dan tidak berisik. Ia juga tidak begitu
berambisi untuk meraih jabatan sehingga tidak mengganggu kinerja Jokowi bahkan
akan mengembangkannya.
Chairul Tanjung adalah pendukung
ide pembangunan infrastruktur Jokowi sejak awal. "Betul bahwa
infrastruktur kita itu lemah dibanding negara-negara lain di Asean, oleh
karenanya saya mendukung penuh Presiden kita menggenjot pembangunan
infrastruktur kita," katanya dalam sebuah simposium.
Jokowi dalam pembangunan
infrastrukturnya sangat bercermin pada kemajuan China. Di China, Presiden Xi
Jinping banyak bekerjasama dengan Jack Ma dalam pembangunan ekonomi di wilayah
yang dibangun infrastrukturnya.
Jack Ma melalui grup perusahaan
onlinenya, masuk dengan investasi untuk mengembangkan ekonomi di satu wilayah
yang tidak produktif dan menjadikannya produktif, dimana Jack Ma kemudian
membantu menjualkan hasil produksi mereka melalui perusahaan online mereka.
Sebagai contoh, sejak 2012,
perusahaan e-commerce Tao Bao, yang berada dalam grup Alibaba, beriventasi di
banyak desa di China untuk pengembangan produksi daerah mereka dan menjualnya
di aplikasi Tao Bao. Tao Bao juga berinvestasi di infrastruktur daerah tersebut
untuk pengembangan jarigan produksi dan transportasi mereka.
Jadi Jokowi kemungkinan besar
akan memanfaatkan jaringan usaha mikro dari pengusaha sekelas Chairul Tanjung
untuk meningkatkan ekonomi dari daerah-daerah tertinggal yang sudah ia bangun
infrastrukturnya. Chairul Tanjung juga punya potensi untuk mendatangkan
investasi dari jaringannya kalangan pengusaha luar negeri sehingga ekonomi di
daerah menggeliat.
Kemungkinan besar yang menjadi
fokus utama Jokowi dalam pengembangan ekonomi mikro adalah dalam usaha pangan,
sehingga para petani dan nelayan bisa menjual hasilnya melalui peningkatan
produksi dan menjualnya melalui online ke seluruh dunia.
Itu dari sisi ekonomi. Dari sisi
fakta bahwa Chairul Tanjung adalah konglomerat minoritas yang berasal dari
kalangan pribumi akan menaikkan nilai jual Jokowi. Chairul Tanjung juga orang
batak mandailing yang akan menarik simpati masyarakat Sumatera.
Dan menariknya, Chairul Tanjung
juga akan meredam isu bahwa Jokowi adalah musuh umat muslim, karena Chairul
Tanjung adalah pengusaha muslim juga. Dia juga akan berpengaruh untuk
merekatkan hubungan Jokowi dengan partai besar lainnya seperti Demokrat, karena
Chairul Tanjung dikabarkan sangat dekat dengan petinggi Demokrat.
"Apa kelemahan Chairul
Tanjung dari sekian banyak kelebihannya ?' kata Alifurahman sambil senam
meregangkan tubuhnya. Entah kenapa dia pake senam segala. Mungkin cape
mendengarkan penjelasanku yang panjang lebar tapi sangat berguna..
Isu hubungannya dengan PKS adalah
salah satu isu yang akan memberatkan. Chairul Tanjung dulu dikenal sangat dekat
dengan petinggi PKS, bahkan ia pernah diajukan sebagai sebagai salah satu calon
Presiden PKS, sama seperti ketika ia diajukan sebagai calon Presiden dari
Demokrat saat Konvensi.
Selama itu Chairul Tanjung tidak
pernah mengiyakan, bahkan cenderung menarik diri dari politik daripada
berambisi..
Bahkan ada kabar bahwa gedung PKS
di TB Simatupang adalah sumbangan Chairul Tanjung, meski ini hanya berupa isu
yang harus diklarifikasi lagi. Chairul Tanjung juga disebutkan bahwa dia punya
peran besar dalam mendekatkan PKS dan Demokrat dan menempatkan PKS dalam
jabatan di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono waktu jadi Presiden dahulu.
Tapi dalam skala yang lebih luas,
keterpilihan Chairul Tanjung akan membuat PKS dan Demokrat tidak berkutik,
apalagi menyebarkan isu untuk memfitnah dia karena mereka berhutang sangat
besar kepadanya. Jika Jokowi mau berdampingan dengan Chairul Tanjung, maka ia
akan melenggang dengan santainya di Pemilihan Presiden 2019 ini.
Chairul Tanjung adalah pilihan
yang netral dan tepat untuk meredam banyak hal. Ia punya uang, punya jaringan
televisi dan yang pasti ia akan diterima banyak kalangan, baik dari politisi
maupun pengusaha, karena hubungannya yang baik dengan mereka.
Bahkan dalam sebuah acara buka
puasa bersama, Megawati mengirimkan bingkisan khusus kepada Chairul Tanjung
yang diartikan oleh beberapa pengamat sebagai dukungan kepada dirinya supaya
mau menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo.
Merebut Chairul Tanjung dari
tangan PKS dan Demokrat, jauh lebih menguntungkan bagi Jokowi daripada ia
berada di posisi sana. Tinggal bagaimana Jokowi bisa mengendalikannya
sebagaimana ia mengendalikan Jusuf Kalla yang selama ini mendampinginya..
Alifurahman akhirnya menerima
penjelasanku karena berdasar hitung-hitungan dan logika berfikir yang tepat
tanpa ada unsur subjektifias dan emosional di dalamnya. Ia lalu mengangkat
barbel yang ada di sampingnya..
"Ngapain ngangkat barbel
?" Tanyaku heran sambil menyeruput secangkir kopi.
"Biar tambah ganteng
maksimal.." Katanya. Kami lalu tertawa bersama dan diakhir dengan senyum
kecut Alif karena ia harus menerima bon pembayaran kopi.
Ya, aku kan pria traktiran. Kalau
gak ditraktir, ogah ketemuan..
#CawapresJokowi
Source
No comments:
Post a Comment